Terapi Hormon Pertumbuhan untuk Menambah Tinggi Badan Anak yang Pendek
Terapi Hormon Pertumbuhan untuk Menambah Tinggi Badan Anak yang Pendek
Sahadewi.Co.Id - Ada berbagai penyebab anak pendek, mulai dari kekurangan gizi, faktor keturunan, hingga hormon pertumbuhan yang terlalu sedikit. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan memanfaatkan terapi hormon pertumbuhan.
Hormon pertumbuhan atau human growth hormone (HGH) merupakan hormon yang secara alami dihasilkan oleh kelenjar pituitari di otak. Hormon ini berfungsi untuk memastikan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Jika tubuh anak kekurangan hormon pertumbuhan, maka ia dapat terlihat lebih pendek dibandingkan teman-teman seusianya. Agar anak yang pendek karena kekurangan hormon pertumbuhan dapat tumbuh tinggi secara normal, ia bisa diberikan terapi hormon pertumbuhan.
Penyakit atau kondisi tertentu, seperti kurang gizi, anemia, asma, gangguan pertumbuhan tulang, dan hipotiroidisme pada anak, juga ikut berperan dalam menyebabkan tinggi badan anak kurang.
Badan pendek yang disebabkan oleh defisiensi hormon pertumbuhan biasanya sudah mulai dapat dikenali sejak anak berusia 2-3 tahun. Tanda-tandanya berupa:
Rangkaian pemeriksaan tersebut berguna untuk menentukan penyebab anak berbadan pendek, mengukur jumlah hormon pertumbuhan pada tubuh anak, mengetahui tingkat pertumbuhan tulang, dan mengetahui bagaimana tubuh anak memproduksi serta menggunakan hormon pertumbuhan.
Terapi hormon pertumbuhan merupakan terapi jangka panjang yang dapat berlangsung beberapa tahun. Terapi ini umumnya diberikan melalui suntikan.
Dokter akan menentukan dosis dan berapa lama terapi hormon pertumbuhan diberikan, serta memantau respons anak terhadap terapi dengan pemantauan berkala. Saat anak menjalani terapi hormon pertumbuhan, dokter dapat mengubah dosis terapi sesuai kebutuhan anak.
Terapi hormon pertumbuhan ini dapat menambah tinggi badan anak akibat kekurangan hormon pertumbuhan hingga kurang lebih 10 cm pada tahun pertama dan 7,5 cm pada tahun selanjutnya.
Selain untuk kekurangan hormon pertumbuhan, terapi ini juga dapat membantu anak yang memiliki tubuh pendek karena kondisi lain, seperti terlahir prematur, penyakit ginjal kronis, sindrom Turner, dan sindrom Prader-Willi.
Perlu diketahui, pemberian hormon pertumbuhan pada anak memiliki beberapa efek samping, seperti:
Oleh karena itu, pengaturan dosis dan evaluasi kesehatan secara berkala harus dilakukan untuk memantau kondisi anak dan menilai apakah anak mengalami efek samping selama menjalani terapi hormon pertumbuhan.
Terapi hormon pertumbuhan bisa menjadi salah satu cara mengoptimalkan tinggi badan anak. Meski begitu, terapi ini memiliki risiko. Orang tua dapat mendiskusikan hal ini secara mendalam dengan dokter anak untuk memahami lebih lanjut manfaat dan risiko terapi ini.
Sumber : Alodokter
Hormon pertumbuhan atau human growth hormone (HGH) merupakan hormon yang secara alami dihasilkan oleh kelenjar pituitari di otak. Hormon ini berfungsi untuk memastikan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Jika tubuh anak kekurangan hormon pertumbuhan, maka ia dapat terlihat lebih pendek dibandingkan teman-teman seusianya. Agar anak yang pendek karena kekurangan hormon pertumbuhan dapat tumbuh tinggi secara normal, ia bisa diberikan terapi hormon pertumbuhan.
Mengenali Gangguan Pertumbuhan Tinggi Badan pada Anak
Selain kekurangan hormon pertumbuhan, tubuh pendek pada anak dapat disebabkan oleh beberapa hal, termasuk faktor genetik. Kondisi ini normal terjadi pada anak yang kedua orang tuanya memiliki perawakan tubuh pendek.Penyakit atau kondisi tertentu, seperti kurang gizi, anemia, asma, gangguan pertumbuhan tulang, dan hipotiroidisme pada anak, juga ikut berperan dalam menyebabkan tinggi badan anak kurang.
Badan pendek yang disebabkan oleh defisiensi hormon pertumbuhan biasanya sudah mulai dapat dikenali sejak anak berusia 2-3 tahun. Tanda-tandanya berupa:
- Wajah terlihat lebih muda dari anak-anak seusianya.
- Tinggi badan lebih pendek dari anak seusianya.
- Tubuh anak tampak gemuk.
- Pubertas yang tertunda, bahkan anak mungkin tidak mengalami pubertas.
Rangkaian pemeriksaan tersebut berguna untuk menentukan penyebab anak berbadan pendek, mengukur jumlah hormon pertumbuhan pada tubuh anak, mengetahui tingkat pertumbuhan tulang, dan mengetahui bagaimana tubuh anak memproduksi serta menggunakan hormon pertumbuhan.
Peran Terapi Hormon Pertumbuhan pada Anak Bertubuh Pendek
Kondisi anak yang bertubuh pendek karena kekurangan hormon pertumbuhan dapat ditangani oleh dokter spesialis anak. Jika dibutuhkan, dokter akan memberikan terapi hormon pertumbuhan untuk menambah tinggi badan anak.Terapi hormon pertumbuhan merupakan terapi jangka panjang yang dapat berlangsung beberapa tahun. Terapi ini umumnya diberikan melalui suntikan.
Dokter akan menentukan dosis dan berapa lama terapi hormon pertumbuhan diberikan, serta memantau respons anak terhadap terapi dengan pemantauan berkala. Saat anak menjalani terapi hormon pertumbuhan, dokter dapat mengubah dosis terapi sesuai kebutuhan anak.
Terapi hormon pertumbuhan ini dapat menambah tinggi badan anak akibat kekurangan hormon pertumbuhan hingga kurang lebih 10 cm pada tahun pertama dan 7,5 cm pada tahun selanjutnya.
Selain untuk kekurangan hormon pertumbuhan, terapi ini juga dapat membantu anak yang memiliki tubuh pendek karena kondisi lain, seperti terlahir prematur, penyakit ginjal kronis, sindrom Turner, dan sindrom Prader-Willi.
Perlu diketahui, pemberian hormon pertumbuhan pada anak memiliki beberapa efek samping, seperti:
- Sakit kepala.
- Nyeri otot dan sendi.
- Nyeri dan pembengkakan di lokasi penyuntikan.
Oleh karena itu, pengaturan dosis dan evaluasi kesehatan secara berkala harus dilakukan untuk memantau kondisi anak dan menilai apakah anak mengalami efek samping selama menjalani terapi hormon pertumbuhan.
Terapi hormon pertumbuhan bisa menjadi salah satu cara mengoptimalkan tinggi badan anak. Meski begitu, terapi ini memiliki risiko. Orang tua dapat mendiskusikan hal ini secara mendalam dengan dokter anak untuk memahami lebih lanjut manfaat dan risiko terapi ini.
Sumber : Alodokter
0 comments :